BECEK’AN PADA PENDIRIAN TEMPAT IBADAH: ANTARA FILOSOFI, HISTORIS DAN KENISCAYAAN BUDAYA
DI DESA KARANGTURI (MUNJUNGAN)
Kategori Inovasi:
Peringkat 2 : Pelaksanaan Pembangunan Desa
Masyarakat Desa Karangturi merupakan penduduk perdesaan yang mempunyai rasa gotong-royong tinggi. Sambatan merupakan gotong royong warga untuk membantu dalam pengerjaan suatu bangunan yang bersifat umum atau pribadi yang dikerjakan secara bersama-sama. Kata ‘sambatan’ terkenal di wilayah pulau jawa khususnya wilayah perdesaan yang masyarakatnya kebanyakan masih menjunjung tinggi rasa gotong-royong saling membantu sesama.
Sambatan berkembang pesat pelaksanaannya bukan hanya bentuk bantuan tenaga saja tetapi dalam perkembangannya juga bantuan secara material (uang) biasanya dalam hal hajatan warga (pernikahan, khitanan, ulang tahun, dsb). Dalam hal bantuan material (uang) biasa terkenal dengan sebutan ‘Becekan’ yang ada hanya berada diwilayah Jawa Timur. Kegiatan becekan banyak sekali ditemukan di wilayah Jawa Timur. Becekean merupakan budaya masyarakat Jawa Timur untuk mempererat tali persaudaraan, memperbanyak silaturohmi antar sesama.
Dengan becekan yang dulunya belum kenal berubah mnjadi kenal, yang dahulunya ada masalah pribadi jarang bertemu menjadi bertemu kembali saling sapa. Budaya becekan berkembang pesat seiring kemajuan jaman. Bukan hanya becekan pada acara hajatan nikah, khitanan tapi karena menjamurnya budaya becekan dan melekatnya pada budaya pada masyarakat, sekarang becekan juga berlaku pada kegiatan pendirian masjid, mushola, madrasah dan langgar.
Kegiatan becekan pada pendirian masjid, mushola, madarasah, langgar itu satu-satunya di Indonesia dan satu-satunya yang berada di Jawa Timur dan satu-satunya di Kabupaten Trenggalek, hanya berada di Kecamatan Munjungan terutama di wilayah Desa Karangturi. Budaya becekan pada pendirian masjid, mushola, madrasah/diniyah, langgar menjadi Icon di Desa Karangturi, bahkan desa atau wilayah kecamatan lain ingin mengikuti budaya ini tidak mampu karena kultur peradaban budayanya yang berbeda.
LATARBELAKANG
Di daerah pedesaan, termasuk Desa Karangturi, masalah utama di desa banyaknya jumlah masjid, mushola, langgar dan madrasah/diniyah di setiap Wilayah Dusun yang perlu perawatan, renovasi, dan pendirian bangunan baru yang membutuhkan biaya yang besar.
Masyarakat sulitnya mencari bantuan untuk pendirian kegiatan tempat ibadah. Umumnya sumber dana yang dimiliki oleh warga sekitar masjid, mushola, langgar, madrasah/diniyah masih amat kurang.
Karena itulah muncul inovasi budaya masyarakat yang berupa tradisi ‘becekan’ pada pendirian tempat ibadah. Inovasi ini dianggap mampu memecahkan masalah atau memanfaatkan keunggulan budaya yang ada di desa Karangturi.
Melalui kegiatan semaan Al qur’an, tabligh akbar, undangan secara khusus kepada ta’mir masjid, mushola, langgar, kepala instansi, serta kegiatan-kegiatan keagamaan disiarkan secara umum tentang pendirian kegiatan ibadah tersebut dengan harapan jama’ah tersebut menyumbang secara sukarela untuk pendirian tempat ibadah tersebut.
Desa dan masyarakat bersama-sama membudayakan kegiatan Becekan tersebut dengan cara pendekatan membantu pendirian tempat ibadah lainnya bukan hanya di wilayah satu desa tetapi antar desa, dengan harapan bila di suatu saat di wilayah Desa Karangturi ada pendirian tempat ibadah saudara yang lain desa mau bergantian untuk membantu.
Tujuan utama dari kegiatan Becekan adalah untuk mempererat silaturrohmi antar sesama, menciptakan suasana yang nyaman dalam beribadah, mempererat tali persaudaran saling membantu antar umat beragama bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Becekan pada pendirian tempat ibadah dikatakan kreatif karena kegiatan Becekan pada pendirian tempat ibadah merupakan pengembangan kegiatan diwilayah desa yang lain yang ada hanya diwilayah Kecamatan Munjungan.
Selain itu, lingkup keterlibatan masyarakat dalam kegiatan Becekan cukup luas dan kuat, perlu perencanaan yang matang persiapan tempat (Terop, meja kursi) serta hidangan (makanan, minuman, jajan dsb) karena pengerahan masa yang sangat benyak, yang hadir lingkup masyarakat se-Kecamatan Munjungan.
PELAKSANAAN
Langkah-langkah utama (kronologi) pelaksanaan kegiatan Becekan pada pendirian tempat ibadah adalah sebagai berikut:
Pemangku kepentingan dan pihak yang berpartisipasi dalam pelaksanaan inovasi berupa kegiatan ‘Becekan’ pada pembangunan tempat ibadah ini adalah:
Sumber daya yang digunakan untuk mewujudkan inovasi desa ini antara lain:
Cara agar sumberdaya tersebut bisa dimobilisasi guna mendorong keberlanjutan Inovasi Becekan adalah memasyarakatkan kegiatan tersebut kepada seluruh masyarakat se-Kecamatan munjungan dan memperkenalkan kegiatan Becekan tersebut ke luar wilayah Kecamatan Munjungan.
MANFAAT YANG DICAPAI
Sebagai sebuah tradisi yang keunggulannya dimanfaatkan, becekan dalam membangun tempat ibadah di Desa Karangturi Kecamatan Munjungan memperlihatkan hasil yang bisa dilihat secara konkrit, misalnya, antara lain:
Sistem atau mekanimse yang dijalankan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi inovasi berupa Becekan dalam pembangunan tempat inadah tersebut, antara lain:
Tetu saja ada kendala yang dihadapi dan hal itu bisa diatasi. Permasalahan dalam Inovasi Kegiatan Becekan adalah bila kegiatan tersebut berada di wilayah yang lokasinya sulit, terutama wilayah pegunungan tidak adanya tempat parkir karena para penyumbang becekan tersebut biasanya datang secara bersamaan membawa mobil secara carter dari berbagai desa se-Kecamatan Munjungan. Karena lokasi yang sulit, sehingga untuk menuju lokasi kegiatan becekan tersebut harus jalan kaki karena akses menuju kegitan tersebut sangat sempit.
Yang jelas inovasi budaya ini membawa manfaat yang sangat nyata. Contoh konkrit yang dirasakan masyarakat setelah inovasi ini diterapkan, antara lain semakin mudah mencari sumbangan dalam pendirian maupun renovasi tempat ibadah. Semakin banyaknya tempat-tempat ibadah yang dijumpai di Desa Karangturi. Mau beribadah pun nyaman. Sehingga, menciptakan kerukunan antar sesama dan antar umat beragama, memupuk rasa saling membantu dan tolong menolong menguatkan sifat gotong-royong di masyarakat.
Dulunya , sebelum inovasi ini diterapkan, banyak tempat-tempat ibadah yang sangat tua karena sulit untuk merenovasi karena kerbatasan biaya. Waktu itu di Desa Karangturi kekurangan tempat-tempat ibadah dan tempat ibadah jaraknya jauh. Waktu itu juga kesulitan mencari bantuan (sumbangan) kepada dermawan (donatur) untuk pendirian tempat ibadah. Kibatnya, masyarakat jarang ke tempat ibadah karena letaknya jauh.
Berbeda setelah Inovasi Kegiatan Becekan itu diterapkan. Kini banyak tempat ibadah yang berdiri dan bagus karena sudah menggunakan desain serta rancangan yang matang. Banyak dibangun tempat-tempat ibadah baru di setiap wilayah di desa Karangturi. Semakin mudah dalam mencari bantuan/sumbangan karena sistem becekan bersifat sumbangan dan bisa bergantian ke tempat yang lain. Karena banyaknya tempat ibadah, hal itu memudahkan masyarakat dalam hal beribadah tanpa pergi ketempat yang jauh.
TINDAKLANJUT DAN PENGEMBANGAN
Sebagai sebuah pemanfaatan atau rekayasa budaya yang bermanfaat bagi masyarakat, inovasi budaya desa Karangturi ini dapat direplikasi (diadopsi) di desa lain. Tetapi agar inovasi Kegiatan Becekan tersebut dapat direplikasi (diterapkan) di desa lain, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
Upaya yang perlu dilakukan agar inovasi desa ini berkelanjutan (terus dijalankan hingga
menghasilkan manfaat secara optimal), antara lain:
Sebagai sebuah rekayasa budaya, inovasi berupa pemanfaatan atau menghidupkan lagi tradisi becekan dalam pembagunan tempat ibadah ini memberikan inspirasi dan pembelajaran yang berharga. Pembelajaran berharga yang dapat dipetik dari inovasi kegiatan Becekan ini, antara lain:
Kunci sukses dari inovasi Kegiatan Becekan ini, antara lain:
Inovasi kegiatan Becekan merupakan kultur budaya masyarakat perdesaan yang menjunjung tinggi rasa persaudaraan merasa senasib sepenanggungan, gotong-royong hidup bersama dan mempererat tali silaturrahmi antar umat beragama dan menjadi ciri khas budaya Indonesia khususnya di Jawa yang satu-satunya ada di Jawa Timur, satu-satunya di Kabupaten Trenggalek, dan satu-satunya hanya di wilayah Kecamatan Munjungan.
Berikut hasil nyata dari kegiatan Becekan pembangunan tempat ibadah di Desa Karangturi :
- Uang : Rp. 88.508.000,-
- Beras : 4.012 Kg
- Gula : 50 Kg
- Uang : Rp. 90.115.000,-
- Beras : 3.952 Kg
- Gula : 48 Kg
2. Mushola Al Muslimun Dusun Nayu, 2016
- Uang : Rp. 81.150.000,-
- Beras : 4.122 Kg
- Gula : 35 Kg
3. Mushola Nurut Taqwa Dusun Nayu, 2016
- Uang : Rp. 78.799.000,-
- Beras : 4.427 Kg
- Gula : 42 Kg
4. Mushola Bumi Sholawat Dusun Nayu, 2014
- Uang : Rp. 60.109.000,-
- Beras : 2.100 KG
- Gula : -
5. Mushola Darussalam Dusun Krajan, 2014
- Uang : Rp. 68.109.000,-
- Beras : 3.100 KG
- Gula : -
6. Mushola Baitul Makmur Dusun Kalibening, 2014
- Uang : Rp. 17.109.000,-
- Beras : 2.880 KG
- Gula : 34 Kg
7. Masjid Attaqwa Dusun Kalibening, 2015
- Uang : Rp. 61.230.000,-
- Beras : 3.846 KG
- Gula : 51 KG
8. TPA Al Ikhlas Dusun Krajan, 2014
- Uang : Rp. 27501.000,-
- Beras : 1.532 KG
- Gula : 51 KG
9. Mushola Darul Munajjah Dusun Kebonsari, 2014
- Uang : Rp. 56.400.000,-
- Beras : 2.632 KG
- Gula : 51 KG