TOP 9 - 2017 : KAMPUNG TERNAK YANG BERBASIS PADA PERTANIAN

Jum'at, 01 September 2017 - 15:40 WIB
Kampung Ternak berbasis Pertanian

DESA GADING (TUGU) SEBAGAI KAMPUNG TERNAK YANG BERBASIS PADA PERTANIAN
 

Kategori Inovasi:

Peringkat 1 : Pengembangan Ekonomi Desa 
 

 

Kondisi Desa Gading, Kecamatan Tugu, merupakan daerah pegunungan dengan luas wilayah 317 hektar, dengan kondisi tanah cukup subur, namun tingkat pendapatan dan kondisi perekonomian rendah. Strategi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan beternak sapi dengan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Inovasi ini dipilih untuk mengatasi masalah kemiskinan yang ada di Desa Gading, Kecamatan Tugu.

Tingkat pendapatan masyarakat rendah karena hanya mengandalkan pertanian dengan cara konvensional, sehingga hasil pertanian hanya cukup untuk makan, bahkan kurang. Akibatnya masyarakat tidak mampu untuk menyekolahkan anak, membangun rumah, membeli
kendaraan, dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga lainnya.

Sedangkan di wilayah pertanian banyak potensi yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai guna yang lebih bermanfaat. Misalnya, limbah hasil pertanian terbuang sia-sia antara lain: jerami, limbah jagung, kulit kakao dll. Banyak tenaga kerja menganggur di sela-sela mengelola tanah pertanian yang tergantung pada musiman.

Sehingga, tenaga yang menganggur dan keberadaan potensi barang yang bisa dimanfaatkan itu adalah dua hal yang jika sama-sama digunakan akan menghasilkan suatu hal yang bermanfaat. Itulah yang memungkinkan inovasi membangun “Kampung Ternak yang Berbasis pada Pertanian” ini dilakukan untuk meningkatkan sumber-sumber pendapatan ekonomi masyarakat desa.

Inonasi ini dipilih karena dianggap  mampu memecahkan masalah atau memanfaatkan keunggulan desa. Selama ini masalah yang ada di masyarakat Desa Gading,  antara lain:

  • Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga hanya
    mengandalkan bertani dan buruh tani;
  • Pendekatan unik yang digunakan adalah peningkatan dan pemanfaatan potensi yang ada. Masyarakat beternak sudah ada sejak zaman nenek moyang namun perlu inovasi mulai dari sumber pakan, pemeliharaan, kandang, dan limbahnya (kotoran ternak);

 

Tujuan utama dari inovasi adalah untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat, adanya analisa usaha, timbulnya usaha-usaha mikro yang terkait bidang peternakan, sehingga muncul siklus usaha yang saling menbutuhkan, menguntungkan dari, oleh, dan untuk masyarakat yang sinergi antara peternakan dan pertanian yang akhirnya bisa tercipta kemandirian ekonomi.

 

UPAYA INOVATIF DAN KREATIF

Program “Kampung Ternak yang Berbasis pada Pertanian” dikatakan inovatif dan kreatif karena beberapa alasan, antara lain:

  • Populasi ternak sapi yang mencapai 400 ekor merupakan potensi yang cukup besar, yang juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga menjadi tumpuan biaya hidup mulai dari menyekolahkan anak, membangun rumah, membeli kendaraan, perabot rumah tangga berasal dari ternak. Inovasi ini merupakan sinergi dari hasil pertanian dan ternak yang saling membutuhkan dan menguntungkan dengan siklus yang saling menguntungkan. Sehingga timbul 5 kegiatan usaha yang saling membutuhkan dan saling petergantungan satu sama lain untuk menyediakan usaha bersama.
  • Lingkup keterlibatan masyarakat dalam inovasi ternak ini sangat luas sesuai dengan bidangnya atau kelompoknya yang bisa dihasilkan secara alami, tidak banyak membutuhkan teknologi, sehingga membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan nilai ekonomi baik hasil produksi maupun limbahnya yang akhirnya bisa menambah
    penghasilan dan perekonomian masyarakat meningkat.

 

 

PELAKSANAAN PROGRAM

Bagaimana pelaksanaan inovasi pelayanan desa dalam bentuk “Kampung Ternak yang Berbasis pada Pertanian” ini dilaksanakan dengan langkah-langkah utama (kronologi pelaksanaan) sebagai berikut:

  1. Sekitar tahun 2014, dilaksanakan pendataan populasi ternak dan populasi sumber daya alam pendukung di bidang pertanian;
  2. Sekitar tahun 2015, sosialisasi pada petani, kelompok tani dipparkan populasi dan masalah dan analisa data;
  3. Tahun 2016, dilaksanakan pelatihan, pembinaan dan studi banding.
  4. Tahun 2017, pelaksanaan produksi.

 

Pemangku kepentingan yang berpartisipasi dalam pelaksanaan inovasi “Kampung Ternak yang Berbasis pada Pertanian” ini antara lain:

  • Kepala Desa, yang mempunyai gagasan awal;
  • Sekretaris Desa dan perangkatnya,  yang menyusun akurasi pendataan;
  • BPD, LPM dan RT, yang  mendukung kegiatan inovasi;
  • BPTP Jawa Timur dan Dinas Pertanian, sebagai tim fasilitasi teknis;
  • Gapoktan dan kelompok  tani, yang berperan sebagai koordinato kegiatan;
  • Masyarakat, sebagai pelaksana kegiatan atau obyek kegiatan.

 

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan, sumber daya yang digunakan untuk mewujudkan inovasi desa yang bisa dimobilisasi antara lain:

  • Anggaran dari BPTP Jawa Timur  dan donatur lain;
  • Ilmu dan Teknologi yang berasal dari BPTP Jatim;
  • Tenaga kerja (pelaksana) yang berasal dari Gapoktan, kelompok tani, dan masyarakat.

 

 

DAMPAK POSITIF PROGRAM

Program “Kampung Ternak yang Berbasis pada Pertanian” telah menunjukkan hasil yang nyata, di antaranya yaitu, antara lain:

  • Masyarakat memahami teknis dan analisa usaha ternak;
  • Tumbuhnya kegiatan usaha (pengolahan hasil pertanian, pembuatan pangan olahan, pembuatan biogas);
  • Lingkungan masyarakat menjadi lebih bersih dan sehat  karena sisa-sisa dan “limbah” pertanian bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu yang bermanfaat untuk proses peternakan.

 

Sistem atau mekanisme yang dijalankan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi inovasi desa ini juga berjalan dengan baik, di antaranya melalui beberapa hal, antara lain:

  • Proses evaluasi perkembangan Inovasi adalah dilaksanakan kelompok tani dan  melaporkan atau menginformasikan kepada Kepala Desa;
  • Untuk memperkenalkan dan pengembangan usaha dilaksanakan demonstrasi (praktek) dan promosi hasil produksi di masing-masing usaha atau kelompok.

 

Manfaat  utama yang dihasilkan dari inovasi desa dalam bentuk kegiatan “Kampung Ternak yang Berbasis pada Pertanian” ini antara lain adalah pertumbuhan usaha yang semakin maju, ketrampilan dan pendapatan masyarakat yang semakin meningkat. Selain itu juga bertambahnya pengetahuan dan kualitas hasil ternak yang lebih meningkat.

Beberapa kendala yang dihadapi antara lain adalah cuaca atau iklim yang kurang mendukung dan pemasaran masih dalam skala tertentu. Hal itu diatasi dengan menggunakan tambahan teknologi dan promosi pemasaran yang berkelanjutan.

Ada perbedaan sebelum dan sesudah inovasi desa ini dilaksanakan. Pada saat kegiatan “Kampung Ternak yang Berbasis pada Pertanian” belum diterapkan, kondisinya misalnya adalah:

  • Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan tentang peternakan dan pemanfaatan sumber daya alam sekitar;
  • Belum tumbuhnya kegiatan usaha dan kerja sama kelompok dalam bidang peternakan dan pertanian;
  • Belum adanya pemanfaatan limbah ternak;
  • Banyak terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah kotoran ternak;

 

Setelah Inovasi itu terlaksana, kondisinya mulai berubah. Di antara perubahan itu, antara lain:

  • Bertambahnya pengetahuan dan ketrampilan tentang peternakan dan pemanfaatan sumber daya alam sekitar;
  • Tumbuhnya kegiatan usaha dan kerja sama antar kelompok dalam bidang peternakan dan pertanian;
  • Adanya pemanfaatan sumber daya alam sekitar dan limbah ternak;
  • Berkurangnya pencemaran lingkungan akibat limbah kotoran ternak.
     

TINDAK LANJUT

Mengingat adanya dampak positif dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan memaksimalkan produktivitas ternak yang berbasis pada pertanian itu, maka program tersebut sangat bagus untuk diterapkan di desa lainnya. Inovasi desa ini dapat direplikasi (diadopsi) di desa lain dengan memperhatikan beberapa hal,di antaranya adalah:

  • Melaksanakan akurasi pendataan ternak di Desa secara menyeluruh;
  • Mengkomunikasikan isu perlunya strategi inovasi usaha ternak kepada masyarakat melalui forum musdes atau pertemuan-pertemuan masyarakat lainnya;
  • Menetapkan inovasi atau produk unggulan Desa Gading yaitu ternak sapi, dalam musdes dan RPJMDesa;
  • Selalu melibatkan masyarakat dalam proses pelaksanaan maupun pengawasannya;
  • Melaporakan setiap progres pelaksanaan inovasi Desa secara transparan kepada masyarakat melalui forum musdes atau pertemuan masyarakat.

 

Sementara itu, untuk Desa Gading sendiri, inovasi ini perlu terus ditindaklanjuti dan dikembangkan agar memberi dampak yang lebih optimal pada perekonomian warga.  Agar inovasi desa ini bisa berkelanjutan (terus dijalankan hingga menghasilkan manfaat secara optimal), beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain:

  • Ada intervensi kebijakan yang bisa mengamankan kebijakan peternakan ini.Caranya kebijakan ini harus ditetapkan sebagai program unggulan yang harus masuk dalam Peratura Desa (Perdes dan  RPJMDesa);
  • Ada sokongan keuangan, artinya setelah berakhirnya fasilitasi dari BTPN Jatim, maka  harus dilanjutkan dengan alokasi anggaran APBDesa;
  • Sikongan budaya, yaitu memberikan kesadaran bagi masyarakat akan pemanfaatan dan pengolahan potensi yang ada di sekitar kita.;
  • Dukungan lingkungan, yaitu mendorong masyarakat untuk lebih memenfaatkan
    atau mendaur ulang limbah yang ada di sekitar.

 

PELAJARAN YANG BISA DIPETIK

Pembelajaran yang dapat dipetik dari inovasi desa ini, di antara pembelajaran berharga yang bisa menginspirasi, antara lain:

  • Pembelajaran pertama yakni tahap yang paling mudah dalam pelaksanaannya adalah ketersediaan bahan-bahan di sekitar kita, tanpa teknologi tinggi bisa dikerjakan oleh semua masyarakat dengan proses mudah;
  • Pembelajaran kedua yakni tahap yang paling sulit adalah sosialisasi awal untuk meyakinkan atau mempraktekkan kepada masyarakat bahwa inovasi ini mudah dan bisa dikerjakan oleh semua orang dan barang-barang yang selama in belum dimanfaatkan bisa mendatangkan nilai ekonomis yang tinggi bagi masyarakat.

 

Kunci sukses dari “Kampung Ternak yang Berbasis pada Pertanian” di Desa Gading, Kecamatan Tugu, ini antara lain adalah adanya komitmen Pemerintah Desa yang kuat dan adanya kesadaran serta  dukungan stakeholders desa (BPD, gapoktan, kelompok tani, kelompok wanita, dan masyarakat).

Inovasi di bidang peternakan ini bisa mengubah pola pikir masyarakat  untuk menumbuhkan semangat usaha bersama yang mengangkat 1 (satu) kegiatan ternak saja bisa menumbuhkan siklus usaha yang saling ketergantungan dan saling menguntungkan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar kita yakni “DARI KITA, OLEH KITA, danUNTUK KITA”. []